PERUBAHAN YANG TERTUNDA DI MALAYSIA
Koalisi partai berkuasa Malaysia, Barisan Nasional, sudah meraih 120
dari 222 kursi yang diperebutkan dalam parlemen berdasarkan perhitungan
jam 00.22 WIB (01.22, Senin dini hari di Kuala Lumpur, Malaysia).
Artinya, koalisi ini menjadi pemenang pemilu dan tetap mempertahankan
status quo yang berlangsung di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Najib
Razak.
Dalam waktu yang sama oposisi Pakatan Rakyat di bawah
mantan deputi Perdana Menteri Anwar Ibrahim mendapat 70 kursi parlemen.
Belum jelas, apakah Barisan Nasional akan mendapat 2/3 kursi parlemen
atau 148 kursi.
Perdana Menteri Najib Razak dalam konferensi pers
usai diumumkannya kemenangan Barisan Nasional mengatakan, "Saya ingin
berterimakasih kepada para pemilih dan warga Malaysia yang memilih kami.
Saya harap oposisi menerima hasil ini dan membiarkan prosesnya berjalan
mulus."
Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim berhasil mempertahankan
kursi parlemennya dari daerah pemilihan Permatang Pauh, Penang, dan anak
perempuannya Nurul Izzah unggul tipis (1800 suara) menghadapi seorang
menteri dari koalisi partai berkuasa, Raja Nong Chik.
Selain
Anwar Ibrahim, pemimpin koalisi oposisi lainnya, presiden PAS Datuk Seri
Abdul Hadi Awang juga mempertahankan kursi parlemennya dari Marang.
Koalisi Pakatan Rakyat juga mempertahankan posisi mayoritas mereka di
negara bagian terkaya di Malaysia, Selangor, dengan meraih 38 dari 56
kursi.
Kemenangan besar menjadi milik politisi veteran berusia 72
tahun, Lim Kit Siang, dari salah satu partai yang tergabung dalam
koalisi oposisi, DAP. Di Gelang Patah, Lim Kit Siang berhasil unggul
dengan 15 ribu suara dan menyingkirkan menteri besar Johor, Datuk Abdul
Ghani Othman, yang sudah empat kali menjabat selama 27 tahun terakhir.
Koalisi
berkuasa, Barisan Nasional sempat mengalami pukulan setelah tiga
menteri di kabinet pemerintahan, Tan Sri Bernard Dompok, Datuk Seri Kong
Cho Ha dan Senator Datuk Raja Nong Chik Zainal, kalah dari kandidat
partai oposisi. Namun Perdana Menteri Najib Razak menang di daerah
pemilihannya, Pekan, dengan 35.613 suara mayoritas.
Komisi
pemilihan memperkirakan, sekitar 80 persen dari 13 juta pemilih
terdaftar (atau 10 juta orang) datang untuk memilih, rekor tertinggi
kemunculan pemilih di pemilu Malaysia. Pada 2008, hanya ada 8 juta
pemilih yang datang. Populasi total Malaysia adalah 28 juta orang.
Sengitnya
pemilu kali ini terlihat dari berbagai indikasi kecurangan yang menjadi
kekhawatiran banyak pemilih. Untuk pertama kalinya, Malaysia
menggunakan tinta untuk penanda di jari penduduk yang habis memilih.
Pemantau independen menyoroti adanya tinta-tinta yang dengan mudah
dihapus karena botolnya sengaja tak dikocok. Selain itu, pemilih juga
khawatir dengan isu 'phantom voters' atau pemilih gelap yang dibawa dari
Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar yang diangkut oleh pesawat setiap
harinya dalam seminggu terakhir lewat Kuala Lumpur International
Airport. Warga negara asing ini diduga akan diberi kartu izin tinggal
jika memilih partai berkuasa.
Sejak 1957, kebijakan ekonomi dan
politik Malaysia didominasi oleh blok partai berkuasa United Malays
National Organisation (UMNO) yang kini tergabung dalam Barisan Nasional.
Namun oposisi Pakatan Rakyat di bawah pemimpin de facto mantan deputi
Perdana Menteri Anwar Ibrahim mencoba menawarkan perubahan dari kondisi
status quo tersebut setelah sempat meraih peningkatan suara signifikan
pada 2008.
sumber : http://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/perubahan-yang-tertunda-di-malaysia-172451094.html#more-id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan baik dan sopan